STEREOKIMIA
A.
Konfigurasi Mutlak dan
relatif
Konfigurasi Senyawa organik
Konfigurasi senyawa organik didefinisikan sebagai suatu metode untuk
menggambarkan susunan ruang (tiga dimensi) atom-atom atau gugus-gugus pada atom
karbon pusat stereogenik (stereo berasal dan bahasa Yunani ‘stereos’ yang
artinya ruang) atau atom C asimetris/atom pusat khiral. Konfigurasi dibedakan
menjadi dna, yaitu konfigurasi relatif dan konfigurasi absolut.
Apa
itu kiral?
Kiral adalah senyawa atau ion yang tidak dapat ditindihkan
dengan bayangan cerminnya .Kiral berasal dari bahasa yunani “cheir” yang
artinya tangan. Istilah kiral secara umum digunakan untuk menggambarkan suatu
objek yang tidak dapat bertumpukan secara pas pada bayangannya.
Sedangkan pengertian dari Molekul kiral
adalah molekul yang mempunyai bayangan cermin tidak superimposabel (tidak dapat
bertumpukan ). Suatu molekul organik disebut molekul kiral jika terdapat
minimal 1 atom C yang mengikat empat gugus yang berlainan. Molekul-molekul
kiral memiliki sifat optis, yang artinya suatu molekul kiral memiliki kemampuan
untuk memutar bidang cahaya terpolarisasi pada alat yang disebut polarimeter.
Perbedaan antara molekul kiral dan akiral adalah bahwa hanya senyawa kiral yang
tidak dapat berhimpit.
Kiralitas adalah suatu keadaan yang
menyebabkan dua molekul dengan struktur yang sama tetapi berbeda susunan ruang
dan konfigurasinya. Atom yang menjadi pusat kiralitas dikenal dengan istilah
atom kiral. Penyebab adanya kiralitas adalah adanya senyawa karbon yang tidak
simetris.
Stereoisomer
hanya berbeda susunan atom-atomnya dalam ruang. Berdasarkan strukturnya
stereoisomer digolongkan menjadi dua yaitu:
1.
Enantiomer : bayangan cermin yang tidak dapat diimpitkan, merupakan molekul
yang berbeda.
2.
Diastereomer adalah yang bukan merupakan bayangan cermin, contohnya adalah
isomer cis dan trans.
- PENENTUAN KONFIGURASI ENANTIOMER
- Ketentuan Fischer (Konfigurasi Relatif)
Dengan mengunakan Proyeksi Fischer, sistem penggambaran
konfigurasi gugus disekitar pusat kiral yang berbeda (susunan ruang atom atau
gugus yang menempel pada karbon kiral), yaitu konvensi D dan L. Metode ini
banyak digunakan dalam biokimia dan kimia organik terutama untuk karbohidrat
dan asam amino. Gliseraldehida ditetapkan sebagai senyawa standar untuk
menentukan konfigurasi semua karbohidrat. Proyeksi Fischer terhadap gliseraldehida
dengan rantai karbon digambarkan secara vertikal, dengan karbon yang paling
teroksidasi (aldehid) berada pada bagian paling atas, dengan gambar struktur
sebagai berikut :
Gugus OH pada pusat kiral digambarkan pada sisi sebelah kanan
untuk isomer D dan sisi sebelah kiri untuk isomer L. Ini berarti setiap gula
yang memiliki stereokimia yang sama dengan D-gliseraldehida termasuk gula seri
D (misalnya D-glukosa), sedangkan gula yang memiliki stereokimia yang sama
dengan L-gliseraldehida termasuk gula seri L. Di mana penentuan D atau L
berdasarkan pada asimetris pada atom karbon molekul yang kedua dari belakang,
yang merupakan C5 pada gambar sebagai berikut :
Situasi ini analog untuk asam amino, jika proyeksi Fischer
digambarkan (rantai karbon vertikal dengan atom karbon yang paling teroksidasi
berada paling atas), maka semua asam amino “alami” yang ditemukan dalam protein
manusia, diketahui memiliki gugus NH3+ pada posisi sebelah kiri proyeksi
Fischer, yang sama dengan L-gliseraldehida, sehingga asam-asam amino ini
dikenal sebagai asam amino seri L. Hal ini sangat menguntungkan dan bermanfaat
dibidang kesehatan, khususnya bidang Farmasi dalam hal rancangan obat dengan
uji toksisitas selektif, di mana diketahui asam amino pada mikroorganisme
memiliki konfigurasi yang berlawanan yaitu seri D, sebagai contoh Penisillin
yang menghambat enzim transpeptidase dalam sintesis dinding sel mikroba, hal
ini berhubungan dengan dipeptida D-alanin-D-alanin dari dinding sel mikroba
yang mirip dengan struktur penisillin. Sehingga penisilin tidak toksik terhadap
manusia yang memiliki L-alanin dalam protein tubuh.
2. Ketentuan Cahn-Ingold-Prelog (Konfigurasi Absolut)
Sistem yang paling sukses untuk menunjukkan konfigurasi
senyawa-senyawa umum adalah konvensi Cahn-Ingold-Prelog. Cahn (dari inggris),
Ingold (dari Swiss), dan Prelog (Swiss) mengusulkan cara penentuan konfigurasi
atom karbon stereogenik baru yang didasarkan atas aturan pronitas (priority
rule) atau aturan urutan (sequence rule). System ini menggunakan huruf R atau S untuk
setiap pusat kiral dalam molekul dan merupakan pilihan untuk menentukan konfigurasi
pusat kiral molekul obat. Penentuan setiap gugus yang melekat pada pusat kiral
berdasarkan nomor atom yang bersangkutan. Nomor atom yang lebih berat memiliki
prioritas yang lebih utama, sehingga atom hidrogen (H) pada urutan paling
akhir. Jika keseluruhan prioritas disekitar kiral pusat telah ditentukan. jika
urutan prioritas gugus tersusun menurut arah jarum jam disekitar pusat kiral,
karbon kiral menerima konfigurasi R (Rectus) dan jika sebaliknya sebagai
konfigurasi S (Sinister). Cara penentuan konfigusai R atau S sebagai berikut:
1. Urutkan prioritas keempat atom yang terikat pada pusat
kiral berdasarkan nomor atomnya. Diketahui nomor atom Br = 35, Cl = 17, F = 9,
H = 1, maka urutan prioritas keempat atom di atas adalah Br > Cl > F >
H.
2. Gambarkan proyeksi molekul sedemikian rupa hingga atom
dengan prioritas terendah ada di belakang atau putar struktur (1) dan (2)
sehingga atom H ada di belakang.
3. Buat anak panah mulai dari atom/gugus berprioritas paling
tinggi ke prioritas yang lebih rendah.
4. Bila arah anak panah searah jarum jam, konfigurasinya
adalah R. Bila arah anak panah berlawanan dengan arah jarum jam, konfigurasinya
adalah S. Jadi konfigurasi struktur (1) adalah S, sedangkan konfigurasi
struktur (2) adalah R.
B. PEMISAHAN CAMPURAN RASEMIK
Apa
itu campuran rasemik?
Campuran rasemik merupakan campuran
yang terdiri jumlah yang sama enantiomer (+) dan (-) dari substansi kiral. Oleh
sebab itu, campuran rasemat menunjukkan zero optical rotation karena rotasi (+)
dari satu enantiomer dilawan oleh rotasi (-) dari enantiomer yang lain.
Campuran rasemat memiliki sudut
putar nol, karena sudut putar dekstro (d) besarnya sama dengan sudut putar
levus (l) sehingga keduanya saling meniadakan. Jadi ada 2 alternatif untuk sudut
putar nol. Apabila zat yang diuji tidak mengandung atom C asimetris, bearti zat
ini memang tidak memiliki isomer optis. Namun jika zat tersebut memiliki atom C
asimetris dan sudut putarnya nol, berarti jumlah molekul kedua enantiomer itu
sama.
Rasemat dapat dirinci sebagai
berikut:
- Sebuah senyawa rasemat: L-tubuh dan molekul tangan kanan memiliki afinitas yang lebih besar antara dua molekul dalam sel satuan pasangan untuk membentuk kristal senyawa pada metrologi. Mereka sebagian besar lebih tinggi dari titik leleh murni optik aktif, kelarutan kurang dari murni optik aktif.
- Campuran rasemat: afinitas antara tubuh murni secara optik yang lebih besar dan kristal L dextral terbentuk. Mereka biasanya lebih rendah dari titik leleh murni optik aktif, kelarutan lebih tinggi daripada murni optik aktif.
- Larutan padat dari rasemat: antara rotasi murni, dan enansiomer kedekatan antara dua konfigurasi gangguan keselarasan molekul. Titik lebur, kelarutan dan murni dekat optik aktif.
1. Sepasang enantiomer
memiliki sifat-sifat fisika (titik didih, kelarutan, dan lain-lain) yang sama
tetapi berbeda dalam arah rotasi polarimeter dan interaksi dengan zat kiral
lainnya.
2. Sepasang diastereoisomer memiliki sifat-sifat fisika dan sudut rotasi polarimeter yang berbeda satu sama lain. Bahkan sering dalam bereaksi mengambil cara yang berlainan. Artinya kita bisa memisahkan campuran dua diastereoisomer dengan cara-cara fisika (destilasi, kristalisasi, dan lain-lain). Akan tetapi tidak bisa memisahkan campuran dua enantiomer dengan cara-cara fisika, karena sepasang enantiomer memiliki properti fisika yang sama. Kesimpulannya, kita dapat dengan mudah memisahkan campuran dua diastereoisomer, tapi akan kesulitan memisahkan campuran dua enantiomer.
2. Sepasang diastereoisomer memiliki sifat-sifat fisika dan sudut rotasi polarimeter yang berbeda satu sama lain. Bahkan sering dalam bereaksi mengambil cara yang berlainan. Artinya kita bisa memisahkan campuran dua diastereoisomer dengan cara-cara fisika (destilasi, kristalisasi, dan lain-lain). Akan tetapi tidak bisa memisahkan campuran dua enantiomer dengan cara-cara fisika, karena sepasang enantiomer memiliki properti fisika yang sama. Kesimpulannya, kita dapat dengan mudah memisahkan campuran dua diastereoisomer, tapi akan kesulitan memisahkan campuran dua enantiomer.
Sebagian masyarakat mungkin kurang
memperhatikan sifat optis suatu senyawa organik, padahal reaksi kimia dalam
sistem biologis makhluk hidup sangat stereospesifik. Artinya suatu stereoisomer
akan menjalani reaksi yang berbeda dengan stereoisomer pasangannya dalam sistem
biologis makhluk hidup. Bahkan terkadang suatu stereoisomer akan menghasilkan
produk yang berbeda dengan stereoisomer pasangannya dalam sistem biologis
makhluk hidup.
Dalam kebanyakan reaksi di laboratorium,
seorang ahli kimia menggunakan bahan baku akiral ataupun rasemik dan memperoleh
produk akiral dan rasemik. Oleh karena itu sering kiralitas (atau tiadanya
kiralitas) pereaksi dan produk diabaikan dalam bab-bab berikutnya.
Berlawanan dengan reaksi kimia di laboratorium,
kebanyakan reaksi biologis mulai dengan pereaksi kiral atau akiral dan
menghasilkan produk-produk kiral. Reaksi biologis ini dimungkinkan oleh katalis
biologis yanh disebut enzim, yang bersifat kiral. Ingat bahwa sepasang
enantiomer mempunyai sifat-sifat kimia yang sama kecuali dalam hal antraksi
dengan zat-zat kiral lain. Karena enzim bersifat kiral, maka enzim dapat sangat
selektif dalam keguatan katalitiknya. Misalnya, bila suatu organisme mencerna
suatu campuran alanina rasemik maka hanya (S)-alanina ang tergabung ke dalam
bangunan protein. (R)-alanina tidak digunakan dalam protein, malahan alanina
oni dengan bantuan enzim lain dioksidasi menjadi suatu asam keto serta memasuki
bagan metabolisme lain.
Dalam laboratorium pemisahan fisis suatu
campuran rasemik menjadi enantiomer-enantiomer murni disebut resolusi (atau
resolving) campuran rasemik itu. Pemisahan natrium amonium tartarat rasemik
oleh Pasteur adalah suatu resolusi campuran tersebut. Enantiomer-enantiomer
yang mengkristal secara terpisah merupakan gejala yang sangat jarang, jadi cara
Pasteur tidak dapat dianggap sebagai suatu teknik yang umum. Karena sepasang
enantiomer itu menunjukkan sifat-sifat fisika dan kimia yang sama, maka tidak
dapat dipisahkan dengan cara kimia atau fisika biasa. Sebagai gantinya, ahli
kimia terpaksa mengandalkan reagensia kiral atau katalis kiral (yang hampir
selalu berasal dari dalam organisme hidup).
Lalu bagaimana caranya memperoleh suatu enantiomer dengan
enantiomeric excess (EE) yang tinggi? Enantiomeric excess artinya persentase
suatu enantiomer yang berkonfigurasi R dikurangi persentase enantiomer
pasangannya yang berkonfigurasi S dalam suatu campuran atau sebaliknya.
Lalu bagaimana
memperoleh suatu enantiomer dengan ee yang tinggi? Louis Pasteur dikisahkan
pernah memisahkan dua enantiomer Natrium Amoium Tartarat menggunakan pinset. Hal
ini dapat terjadi karena dua enantiomer itu mengkristal secara terpisah. Cara
ini sering disebut cara resolusi. Cara ini kurang efektif karena tidak semua
enantiomer mengkristal secara terpisah.
Jadi, resolusi
tidak dapat dianggap sebagai teknik yang umum. Cara lain yang sering ditempuh
para ahli kimia adalah rute biokimia dengan memakai enzim atau mikroorganisme
untuk memproduksi enantiomer murni. Sebagai contoh (R)-Nikotina dapat diperoleh
dengan cara menginkubasi campuran rasemik (R)-Nikotina dan (S)-Nikotina dalam
wadah berisi bakteri Pseudomonas putida. Bakteri tersebut hanya akan
mengoksidasi (S)-Nikotina, sedangkan (R)-Nikotina akan tersisa dalam wadah
tersebut. Beberapa produk lain dari rute biokimia yaitu Monosodium L-Glutamat,
L-Lysine dan L-Mentol. Sistem tata nama D dan L dinamakan konfigurasi relatif.
Sistem ini sering dipergunakan dalam penamaan asam amino dan karbohidrat.
Sayangnya tidak
semua enantiomer dapat diproduksi dengan ee yang tinggi melalui rute biokimia
ini. Hal ini dikarenakan kespesifikan enzim dan mikroorganisme. Sebagai contoh
bakteri Pseudomonas putida belum tentu dapat digunakan untuk memisahkan
(+)-Mentol dengan (-)-Mentol.
Para
ahli kimia organik seperti Ryoji Noyori dan William S. Knowles tidak kehilangan
akal dalam menyelesaikan permasalahan ini. William S. Knowles berhasil
mensintesis senyawa yang disebut (R,R)-DiPAMP. Ia menggunakan (R,R)-DiPAMP
sebagai ligan untuk membentuk senyawa kompleks dengan logam Rh. Senyawa
kompleks ini sangat bermanfaat dalam proses hidrogenasi asimetrik gugus
enamida.